Kecuali mereka yang memiliki masalah serius dengan kesehatan, stem cell sepertinya belum banyak mendapat sorotan masyarakat. Kini, seiring dengan munculnya laboraturium pengembangan sel, stem cell pun perlahan-lahan “dipublikasikan”. Sebenarnya apa manfaat yang bisa didapat dari stem cell? Apakah memang hanya orang-orang dengan penyakit serius saja yang bisa melakukan stem cell?
[caption id="attachment_6524" align="aligncenter" width="660"] Stem cells. From : http://www.foxnews.com/[/caption]
Adalah Laboraturium ReGenic (Regenerative and Cellular Therapy), laboraturium pertama di Indonesia yang mempunyai legalitas dalam pengolahan sel punca untuk terapi. Di Indonesia, isu terapi stem cell memang sepertinya masih beredar di kalangan tertentu.
Praktik terapi stem cell mulai dilakukan di Negeri Paman Sam sekitar tahun 2005. Sedangkan untuk Indonesia, disinyalir, pada tahun 2007 sudah dilaksanakan terapi stem cell pada penderita penyakit jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Sedangkan sutradara Iqbail Rais yang divonis kanker darah pada tahun 2011, menjadi pasien pertama yang melakukan terapi stem cell di Surabaya sekitar bulan September lalu.
Menurut Yuyus Kusnadi, PhD, Head of Laboratory KALBE Group, praktik stem cell yang diijinkan di Indonesia adalah dengan mengambil material stem cell dari tubuh si pasien itu sendiri atau yang biasa disebut dengan istilah antologus. Untuk melakukan terapi stem cell, stem cell bisa diambil dari beberapa bagian tubuh kita sendiri, seperti sumsum tulang belakang, lemak, tali pusat, hingga darah.
“Proses pengambilan dan pengembangbiakkan stem cell bisa dikatakan cukup mudah. Dalam waktu beberapa minggu, sel akan berkembang biak menjadi berkali-kali lipat. Tapi, yang jadi masalah apakah sel yang telah berlipat ganda tersebut steril dan bisa digunakan untuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Masalah kebersihan dan sterilisasi sel yang harus diperhatikan dan dijaga saat proses ini,” ujar Yuyus dalam acara Seminar Awam "Atasi Nyeri Sendi Lutut dengan Terapi Stem Cell hari Sabtu lalu (16/ 11) di kawasan Kelapa Gading.
Indonesia, terapi stem cell dilakukan dengan mengambil material stem cell dari tubuh pasien sendiri. Di China, terapi ini diperbolehkan untuk mengambil materi stem cell dari janin bayi yang “sengaja” digugurkan oleh ibu mereka, mengingat memang pemerintah China membatasi keluarga untuk memiliki anak. Sedangkan di Jerman, praktik terapi stem cell mengambil material stem cell dari binatang. Yup, kamu tidak salah baca. Stem cell di Jerman mengambil material stem cell dari hewan. Yuyus menjelaskan, biasanya hewan yang digunakan untuk diambil material stem cell-nya adalah kelinci, rusa atau domba, sedangkan di Autralia, hewan yang biasa digunakan adalah kangguru. Karena di Jerman memang pemerintah tidak mengijinkan praktik stem cell dengan mengambil material stem cell dari manusia.
Yuyus juga mengakui bahwa terapi cell ini bermanfaat untuk berbagai jenis keluhan kesehatan, mulai dari penyakit sekelas stroke, cidera, hingga “sekadar” untuk menjaga penampilan agar awet muda. “Tidak bisa dipungkiri, setiap orang yang melakukan terapi stem cell pasti akan merasa lebih muda dan efek tersebut memang wajar. Karena pada dasarnya sifat stem cell adalah mengganti sel-sel tubuh yang rusak dengan demikian pasien yang melakukan stem cell akan mengalami regenerasi sel dengan masuknya stem cell,” ujar Yuyus.
Karena itulah, dalam penggunaannya, Yuyus menyarankan untuk memasukkan stem cell ke dalam tubuh dengan bantuan alat perantara agar stem cell bisa langsung sampai ke target yang dicapai. Apabila stem cell dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan metode infus (seperti transfusi darah biasa), dikhawatirkan stem cell justru tidak akan mencapai organ yang diinginkan. Pasalnya, saat stem cell masuk ke tubuh, maka stem cell akan mencari sel rusak terdekat yang bisa diperbaiki, dengan demikian, bukan tidak mungkin stem cell akan habis sebelum sampai di organ yang dituju.
Saat ini, terapi stem cell sepertinya mulai dipublikasi dan juga dipromosikan ke masyarakat. Bukan hanya dalam urusan medis, di Indonesia, khususnya Jakarta, sudah muncul klinik-klinik kecantikan yang menawarkan jasa terapi stem cell pada pasien mereka. Bahkan, menurut kabar yang berkembang, sebuah klinik kecantikan ternama asal Jerman berencana untuk membuka cabang di Jakarta.
So, Fimelova, bukan hanya untuk menangani penyakit “berat” yang seolah tidak ada obatnya saja, stem cell pun bisa dimanfaatkan untuk kecantikan lho. Jangan kira lemak yang menumpuk di perut dan pinggang tidak bisa dimanfaatkan, material stem cell bisa dicari dari lemak yang terbuang. Namun, sekali lagi, jika kamu ingin mencoba terapi ini, carilah informasi sebanyak mungkin dan pastikan kebersihan dan sterilisasi terjaga selama proses berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar