Meskipun banyak yang menyatakan bahwa wanita dan pria memiliki respon yang berbeda dalam menanggapi stress (“melawan atau lari” vs. “cenderung dan berteman”), ada juga perbedaan substansial bagaimana stress mempengaruhi kesehatan wanita dibandingkan pria. Studi telah menemukan bahwa wanita berbeda dari pria tidak hanya dalam respon emosional mereka terhadap stress, tetapi juga bahwa stress akut dan kronis mempunyai dampak yang lebih besar pada kesehatan wanita baik fisik maupun mental.
Ketika menghadapi tekanan atau stress, tubuh akan bereaksi dengan melepaskan hormon seperti kortisol, yang dikenal berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh, system pencernaan, kulit, dan banyak lagi – dan pengaruh kortisol terhadap stress secara psikologis juga telah terbukti berbeda antara pria dan wanita. Stress dapat memengaruhi hampir setiap sistem dalam tubuh dan dapat merusak kesehatan Anda dengan berbagai cara yang mungkin tidak disadari. Di bawah ini adalah efek fisiologis dan kognitif dari stress terhadap kesehatan wanita.
Perhatian: 8 akibat stress yang biasa dialami wanita
1. Mengurangi Libido
Peristiwa besar dalam hidup yang menyebabkan stress, seperti memulai pekerjaan baru atau pindah ke kota baru, bisa menurunkan libido, menurut Dr. Irwin Goldstein, M.D. Hal ini bisa terjadi ketika peningkatan kadar kortisol menekan hormon seks alami tubuh.
2. Haid Yang Tidak Teratur
Stress akut dan kronis secara fundamental dapat mengubah keseimbangan hormon tubuh, yang dapat menyebabkan haid yang tidak kunjung datang, terlambat atau tidak teratur. Para peneliti juga menemukan bahwa wanita yang merasa terbebani dengan pekerjaannya mempunyai resiko 50 persen lebih tinggi untuk siklus pendek (kurang dari 24 hari) daripada wanita yang tidak bekerja.
3. Jerawat
Tingginya tingkat kortisol dalam tubuh dapat menyebabkan produksi minyak berlebih yang memberikan kontribusi untuk perkembangbiakkan jerawat. Sebuah studi pada tahun 2003 lalu menemukan bahwa mahasiswa perempuan mempunyai jerawat yang lebih banyak selama masa ujian karena peningkatan stress.
4. Rambut Rontok
Stress secara emosional maupun psikologis secara signifikan dapat menyebabkan ketidakseimbangan fisiologis yang memberikan kontribusi untuk rambut rontok. Stress dapat mengganggu siklus perkembangan rambut, menyebabkan rambut mudah rontok. Meskipun Anda mungkin tidak menyadari ketika rambut Anda mengalami kerontokan selama atau setelah melewati masa stress, perubahan dapat terjadi tiga sampai enam bulan kemudian.
5. Pencernaan Yang Buruk
Stress yang berkepanjangan dapat memengaruhi sistem pencernaan yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung, sehingga menyebabkan gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan, dalam beberapa kasus memberikan kontribusi terhadap perkembangan IBS dan bisul. Menurut womenshealth.gov, mengurangi stress adalah kunci untuk menjaga sistem pencernaan yang sehat.
6. Depresi
Perempuan dua kali lebih rentan mengalami depresi daripada laki-laki. Penelitian terbaru menunjukkan perbedaan antara respon terhadap stress dan reaktivitas antara kedua jenis kelamin untuk menjelaskan perbedaan ini. Peningkatan kadar kortisol dihasilkan dari stress kronis jangka panjang, stress akibat pekerjaan kelas rendah atau stress akut dari peristiwa sulit yang terjadi dalam hidup seperti kematian atau perceraian dapat bertindak sebagai pemicu depresi.
7. Insomnia
Sebagian besar dari kita pernah merasakan kegelisahan pada malam hari, memikirkan kejadian atau masalah yang terjadi di tempat kerja. Tidak mengherankan jika stress adalah penyebab umum dari insomnia, yang kemudian dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, mudah marah, dan kurangnya motivasi.
8. Penambahan Berat Badan
Penelitian telah menghubungkan tingkat kortisol yang lebih tinggi pada pinggang hingga pinggul pada wanita (yaitu lebih berat di sekitar area perut), serta penurunan metabolisme. Tingkat stress yang tinggi juga berhubungan dengan peningkatan nafsu makan dan keinginan untuk mengonsumsi makanan manis, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
Sumber : Huffingtonpost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar