[caption id="attachment_2761" align="aligncenter" width="300" caption="Close-up of filter tipped cigarettes / photo from http://www.smokernewsworld.com"][/caption]
Ada sebuah penelitian tentang merokok yang mengatakan bahwa tingkat dopamine yang rendah akibat berhenti merokok malah membuat keinginan untuk merokok kambuh lagi. Hmm, kok gitu ya?
Dopamine merupakan zat kimia penyampai yang sangat penting dalam penghargaan dan motivasi. Namun, beberapa penelitian menunjukan bahwa salah satu peran sentral adalah untuk mengirim sinyal ke otak untuk mencari sesuatu yang menyenangkan. Dopamine memang dilepaskan selama banyak pengalaman yang menyenangkan, termasuk merokok, berhubungan berhubungan intim dan makan makanan enak.
Namun, tampaknya sinyal ini bergantung pada dopamine, yang dilepaskan sebagai respon terhadap isyarat lingkungan yang disebut phasic release, yang bertentangan dengan rembesan tonik sejumlah kecil dopamine dari sel saraf. Pelepasan tonik dopamine inilah yang terlibat dalam membantu sistem dopamine dalam mengatur tingkat reaktivitas untuk asupan.
Sejak dopamine dikeluarkan dengan merokok, masuk akal jika kadar dopamine menjadi tidak normal ketika seorang perokok mencoba untuk berhenti merokok. Peneliti dari Baylor College of Medicine di Texas , melakukan studinya untuk mengkarakterisasi perubahan ini. Dengan cara mempelajari seekor tikus yang diberikan nikotin - konstituen aktif dalam rokok, selama beberapa minggu.
Kemudian para peneliti memotong asupan nikotin dan mengukur perubahan sinyal dopamine berikutnya selama periode penarikan. Mereka melaporkan bahwa selama penarikan nikotin menghasilkan defisit dopamine, dimana konsentrasi dan sinyal tonik dopamine tidak proporsional lebih rendah dari sinyal phasic dopamine.
Menurutnya, temuan ini menunjukkan bahwa obat-obatan, yang dapat membantu meningkatkan kadar dopamin tonik selama penarikan, bisa menjadi strategi pengobatan yang berhasil untuk individual ketergantungan nikotin yang mencoba untuk berhenti merokok.
Secara teoritis, perawatan semacam ini bisa membantu menormalkan setiap fluktuasi tingkat dopamin dari kurangnya nikotin secara mendadak, dan juga mengurangi kepengaruhan-dopamin yang mendesak untuk mencari nikotin, yang menyebabkan kambuh. Studi ini dipublikasikan dalam Biological Psychiatry.
Sumber : Times of India
Tidak ada komentar:
Posting Komentar